28.10.12

The Great Mosque Xian




Masjid Agung Xian merupakan masjid peninggalan dinasti awal Cina yang terbesar dan salah satu contoh terbaik untuk preseden masjid pada zamannya. Masjid ini disebut Masjid Agung Xian (The Great Mosque Xian), seperti nama kota tempat masjid tersebut berada, kota Xian. Masjid ini sering juga disebut Mosque Hua Jane Lane seperti nama lokasi masjid yaitu di Jalan Hua Jane Lane, 1 blok dari Drum Tower yang merupakan pusat kota. Selain itu, terkadang masjid ini disebut pula Dong Da atau Hua Chi Ki yang berarti kesadaran. Pertama kali ditemukan tahun 792 saat masa Dinasti Tang, sekitar 100 tahun dari masa wafatnya Muhammad SAW. Pada tahun 1392 saat 25 tahun kejayaan Dinasti Ming mulai dibangun layout site plan seperti sekarang. Masjid Agung Xian ditemukan oleh Haji Cheng Ho, seorang anak dari keluarga Muslim terpandang di China dan merupakan pelaut ulung yang populer hingga kini.Sementara itu, penulis tidak menemukan bukti tertulis mengenai siapa yang membangun bangunan tersebut. Masjid ini direnovasi dari abad ke 14 hingga 17 masehi selama beberapa kali, pada Dinasti Song, Yuan dan Ching.
Masjid ini lahannya berukuran 245 meter pada sisi panjangnya dan mempunyai lebar 47 meter. Sementara itu, area yang berdinding mencapai 12.000 m2 . Dari sisi utara hingga barat masjid, terdapat jiao-fangs sehingga membuat lokasi ini merupakan tempat yang ideal untuk bangunan masjid.
Layout lahan tipikal courtyard khas Cina dengan lima courtyard pada sepanjang sumbu aksis. Pintu masuk utama, yang menghadap utara-selatan memberi akses untuk masuk ke dalam courtyard pertama. Setiap courtyard mempunyai pusat perhatiannya masing-masing berupa pailou, paviliun, screen wall,ruang shalat dan bukit buatan.
Pada courtyard pertama, dinding courtyard dibangun dengan menggunakan tanah dan batu bata. Dinding yang menjadi pusat dilapisi dengan pola floral. Sebagai pusat dari courtyard pertama ini, terdapat pailou dari kayu dengan tinggi 9 meter yang mempunyai empat kolom untuk menahan atapnya yang berstruktur buttress, kesemuanya terbuat dari kayu. Pada ruang di bagian barat courtyard ini, berdiri bangunan yang disebut Unmached Pavilion dengan nama lain Yizhen Pavilion di tengahnya. Paviliun ini digunakan sebagai lecture hall. Interiornya dihiasi dengan banyak motif floral, sementara pada bagian atapnya, terdapat sclupture naga dan bunga.Pada kompeks  masjid di Cina, termasuk Great Mosque Xian, sclupture hanya terdapat pada atap, tidak seperti bangunan kuil Budha yang penuh dengan sclupture pada jalan dan gerbang masuknya.
Pada court kedua, terdapat pusat court berupa pailou yang terbuat dari batu. Gerbang pailou ini terdiri dari tiga gerbang. Gerbang tengahnya paling tinggi dan besar, diapit oleh dua gerbang yang lebih kecil. Pada gerbang tengah, atapnya, seperti pailou pertama, terdapat pula sclupture naga dan motif floral, sementara di bawah atapnya, ada tulisan huruf Cina.
Pada courtyard ke-3, terdapat salah satu bangunan utama dari kompleks masjid yaitu Paviliun Introspeksi (Xing Xin Ting) atau disebut juga Menara untuk Melihat Hati (Sheng Xin Lou). Bangunan ini berdenah oktagonal, berlantai dua, dengan atap pada tiap lantai dan satu atap yang paling atas, berbentuk piramida, melancip, menjadikan bangunan ini yang tertinggi di kompleks Masjid Agung Xian. Xing Xin Ting berfungsi sebagai minaret dengan bangke tower, paviliun tempat melihat bulan, berada di bagian atas bangunan. Kuncup atapnya berdekorasi keramik biru dan kepala naga, sementara dougong terlihat di bawah kuncup atap. Pada interiornya, terlihat struktur atap caissons yang penuh oleh dekorasi bunga lotus. Di sepanjang sisi utara & selatan court ke-3, terdapat ruang perpustakaan dan ruang tempat imam yang pada partisi kayunya terdapat dekorasi ukiran bunga krisantium dan lotus.  Selain Paviliun introspeksi, terdapat paviliun Qing Xiu Dian, tempat bermeditasi.
Dari courtyard ke-3, untuk memasuki court 4 pengunjung masjid melewati tiga gerbang dari marmer dengan pintu kayu. Saat memasukinya, pengunjung disambut oleh Phoenix Pavilion (Feng Hua Ting) yang dibangun saat Dinasti Qing. Di sekitar Paviliun Pheonix terdapat dua kolam kecil dengan air mancur, pada aksis pusat, jika diteruskan, terdapat Cloud Gateways yaitu gerbang batu dan Moon Platform , teras dengan lantai marmer,yang mengarahkan kita menuju ruang shalat yang berada pada ujung courtyard ke-4.
Ruang shalat merupakan bangunan utama pada kompeks Masjid Agung Xian. Bangunan ini mempunyai luas 1,270 m2, jika digabung dengan Moon Platform,  berkapasitas 200 orang,diatapi dengan atap tunggal yang terdiri dari tiga segmen, hipped roof. Tinggi atap proporsional dengan kedalaman ruang, mengitkuti tradisi suku Hui. Plafon interiornya memakai panel datar polychrome dengan dekorasi motif floral dan ditopang dengan dougong brackets. Kolom-kolomnya besar, berbentuk silindris dan berwarna merah, seperti dindingnya. Pada sisi paling barat ruang shalat terdapat dua skylight, pointed arch setinggi dua meter berwarna merah kecoklatan bergaya Asia Tengah dan kanopi style China yang didekorasi dengan ukiran arabesque dan kaligrafi. Pada mihrab terdapat tulisan Arab dengan pengaruh kaligrafi Cina.
Selanjutnya, dari pendeskripsian kompleks Masjid Agung Xian, akan dikaitkan elemen-elemen yang terdapat pada bangunan dengan teori mengenai arsitektur Islam yang elah didapatkan dari kuliah Arsitektur Islam semester genap.
Berdasarkan pandangan Islam terhadap alam, alam merupakan milik dan ciptaan Tuhan. Ia mencipta dengan teratur, seimbang dan sempurna seperti pada Al Quran surat Al ‘Ala ayat 1-3: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan, lalu menyempurnakan. Yang menentukan kadar dan memberi petunjuk”.
Alam juga merupakan kosmos, selaras, seimbang, serasi, harmoni dan indah menurut Al Quran surat Al An’am, Ali Imran: 190-191. Sementara dari surat Luqman ayat 20, alam ada untuk diketahui dan dimanfaatkan manusia, namun pemanfaatan alam harus dengan tanggung jawab, bertindak secara moral dan mengikuti aturan.1
Seperti pada tipikal arsitektur tradisional Cina, Masjid Agung Xian mempresentasikan keindahan pola simetris, baik dari lahannya secara keseluruhan yang sisi baratnya terlihat seperti cermin dari sisi timurnya, dan sebaliknya. Walaupun sebenarnya, mereka serupa tapi tak sama. Pada ruangan-ruangan yang terdapat sepanjang sisi barat dan timur, sekat-sekatnya agak berbeda, namun masih terlihat sebagai satu kesatuan menggunakan prinsip seimbang dan teratur. Tidak hanya lahan, bangunan yang terletak di sumbu aksis pun merupakan bangunan yang simetris, selaras dengan pandangan Islam terhadap alam. Karena pada kenyataannya, kompleks Masjid Agung Xian juga merupakan alam buatan manusia. Detail-detail yang terdapat pada seluruh bangunan pada kompleks masjid seperti pada ujung atap, plafon, mihrab dan pintu ruang shalat, pailou, dinding gerbang, dll adalah perwujudan dari keserasian, harmonis dan keindahan seperti yang disebut pada surat Al An’am. Pada kompleks masjid tersebut, alam dimanfaatkan dengan baik untuk menciptakan ruang-ruang yang nyaman untuk berkegiatan dalam hal ini beribadah kepada Allah SWT. Hal ini terbukti dengan banyaknya taman yang terdapat pada Masjid Agung Xian, seperti taman pada courtyard ke-2, taman dengan kolam air mancur di sekitar Paviliun Phoenix pada courtyard 4, dan rimbunnya pepohonan yang tersebar di banyak tempat pada kompleks masjid. Maka terbukti bahwa desain Masjid Agung Xian sejalan dengan Al Quran sebagai pedoman hidup umat muslim, dilihat dari alamnya.
Menurut Hasan Fathy, seorang arsitek muslim Mesir yang menulis buku “Architecture for The Poor”, Islam tidak melawan formal alam & tidak menyingkirkan pertimbangan spekulatif terhadap prinsip-prinsip kreasi. Arsitektur tidak boleh meletakkan bangunan di ruang angkasa, tetapi bangunan yang Islami akan menyelaraskan pada lingkungan, baik lingkungan alami (langsung oleh Tuhan) maupun lingkungan buatan manusia.1 Maksudnya, Islam sangat sejalan dengan alam dengan mengedepankan kreativitas. Arsitektur Islami yang baik akan berusaha untuk selaras dengan lingkungan dimana arsitektur tersebut berada.Kompleks Masjid Xian seperti telah disinggung sebelumnya, merupakan arsitektur yang menyelaraskan pada lingkungan buatan tanpa melawan formal alam dan tetap menganggap penting keindahan detail.
Sementara itu, Gulzar Haider, professor dalam bidang arsitektur di Ottawa, Canada menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip rancangan yang menyatukan cita-cita lingkungan Islam dapat dilihat dari tiga nilai; pengertian lingkungan, kepaduan morfologis dan kejelasan simbolis.1 Dari teori tersebut, dapat dilihat bahwa jika kita ingin mengetahui apakah suatu karya arsitektur sesuai dengan prinsip untuk mempersatukan semangat keIslaman pada sebuah lingkungan Islam atau tidak, maka kita akan merujuk kepada tiga nilai tersebut.
Nilai pertama, rancangan lingkungan Islam harus berfungsi sebagai penghargaan pada topografi alam. Rancangan tidak boleh menjauhkan jiwa dengan pemahaman alam.1  Maksudnya, desain arsitektur Islam harus dekat dengan alam, bukan malah menjauhkan manusia dari alam. Pada moon platform, teras yang luas yang dilewati sebelum pengunjung memasuki ruang shalat, pengunjung bisa menikmati udara terbuka yang segar dan melihat view berupa paviliun dengan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya. Contoh lain yang mengungkap kompleks ini dapat memenuhi nilai pertama adalah adanya dua bukit pada courtyard ke 5 untuk melihat bulan purnama saat upacara tradisi.
Nilai kedua, keterpaduan morfologis, merupakan kepekaan terhadap ukuran, skala, mutu dan penghargaan terhadap skala manusia.1 Desain arsitektur Islam mestinya mempunyai skala yang manusiawi, tidak terlalu megah maupun terlalu sempit. Kompleks Masjid Xian mempunyai skala yang sangat manusiawi. Kompleks itu memang dirancang agar manusia bisa nyaman berjalan di sana, bukan jalan kendaraan atau jalan hewan pengangkut, sehingga pepohonan di kompleks tersebut dirancang tingginya sesuai dengan skala manusia.
Nilai ketiga, kejelasan simbolik adalah penghargaan terhadap tradisi, budaya, metafora, kiasan, simbol-simbol yang tanpanya arsitektur Islam tidak dapat mendorong pengungkapan ciri dan identitas yang tidak berbahaya.1 Dalam dekorasi pada detail Masjid Xian, jarang ditemukan ukiran makhluk hidup, lokasinya pun terbatas dan tidak terlalu terlihat jika ada, seperti kepala naga pada atap . Pengurangan dekorasi makhluk hidup ini dilakukan karena agama Islam tidak membenarkan adanya perwujudan/ tiruan makhluk hidup yang sengaja dibuat. Maka, bentuk dekorasi yang banyak terdapat pada masjid in adalah motif floral, ukiran kaligrafi dan permainan warna. Dekorasi yang masih sesuai syariat dihargai di masjid ini sebagai penghargaan atas budaya dan tradisi Cina tradisional yang sarat dengan simbol-simbol yang dalam bangunan sering diterjemahkan menjadi unsur dekoratif bangunan.
Secara umum, masjid ini sesuai dengan teori- teori baik dari Al Quran dan hadits maupun dari para ahli arsitektur Islam. Yang kurang sesuai hanya masih terdapatnya ornamen makhluk hidup berupa naga, tetapi tempatnya cukup tersembunyi jika kita sedang berjalan di sekelilingnya, yaitu di atas atap. Prinsip keseimbangan dan keteraturan terhadap alam yang menjadi patokan dalam mendesain bangunan tradisional Cina ternyata sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dalam ajaran agama Islam.

Referensi
Fernandez, Antonio et. al., The Mosque: History Architectural Development & Regional Diversity, Thames & Hudson, London, 1994.

Masjid: Kejayaan Islam di Seluruh Dunia. Merak Home Video. Lulus sensor No.355/VCD/SU/ll.2006/2004.
www.archinet.org, diakses 23 & 28 Mei 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar