28.10.12

Terjemahan Artikel: Craig Hartman dan Skidmore, Owings & Merrill mengeksplorasi Kehampaan dan Kemilau Cathedral of Christ the Light, Oakland




Didesain oleh SOM dan Craig Hartman,sebagai partner desain, 226.000 kaki2 kompleks katedral pada tanah seluas 2,5 are dipergunakan mix-used termasuk klinik, pusat konferensi, dan kantor administrasi untuk area keuskupan. Courtyard interior dengan skylight-nya membuat ruang bawah tanah mendapatkan cahaya matahari. Disekeliling bangunan utama terdapat ruang arsip, rumah pendeta, toko gereja, dan kafe, sementara  mousoleum (makam besar dan indah) ditempatkan di bawah ruang ibadah.
Alasan penggunaan kayu sebagai material utama katedral adalah karena kayu merupakan ‘material hidup’ yang terbaik untuk membuat suasana ruang menjadi intim dan monumental. Katedral tersebut menggunakan struktur rangka yang terbuat dari sejenis tumbuhan cemara Douglas yang dilaminasi dan dilengkungkan sehingga membentuk kurva. Ruang dalam setinggi 106 kaki terdiri dari sepasang dengan masing-masing 13 rangka kayu vertikal yang melengkung dan melancip pada kedua ujungnya dan disambung ke dinding beton dengan sambungan pin. Pada bagian atas ruang ibadah, disekeliling perimeter skylight berbentuk oculus (berbentuk seperti mata), sejenis lingkaran mengikat rangka-rangka tersebut. Kisi-kisi kayu horisontal terbentang diantara elemen vertikal, mengurangi panjang penyangga dan membantu mengontrol penetrasi sinar matahari. Kulit eksterior katedral disokong oleh rangka laminasi berbentuk kerucut. Kabel baja tegang diagonal menghubungkan rangka-rangka satu sama lain sementara kabel baja horisontal mengaitkan rangka tersebut pada rangka bagian dalam.
Ruang setinggi orang merayap diantara ruang ibadah dengan ruang makam berfungsi membantu sistem ventilasi agar saat dibutuhkan pemanas, udara panas dapat bersirkulasi pada ruangan tersebut lewat pipa sehingga lebih efisien daripada mengalirkan udara dari atas (ruang ibadah).
Mengenai sirkulasi pengunjung, pengunjung katedral dapat menaiki ramp beton menuju gerbang masuk utama. Di sana terdapat Jendela Alfa (menyimbolkan permulaan) pada busur Gothic yang ditopang oleh sistem steel framing berbentuk tabung. Kaca laminasi dilapisi dengan panel aluminium untuk mengontrol pencahayaan. Setelah melewati tempat baptis di pintu masuk pengunjung memasuki ruang ibadah. Kursi gereja berbentuk lengkung yang hangat dari kayu oak merah dan kisi-kisi dari kayu cemara Douglas sebagai dinding dalam, penerangan panel aluminium pada Jendela Alfa, dan pualam putih Carrara pada altar membentuk ruang dengan suassana yang dramatis. Jika melihat ke arah utara menuju Jendela Omega, pengunjung akan menemukan gambar Christ setinggi 58 kaki dari sclupture pada Royal Portal yaitu pada fasade barat Chartres. Gambar tersebut dibentuk dari lubang laser-cut di panel aluminium dan di belakangnya terdiri atas kaca laminasi dengan lapisan bening. Kanopi kayu Douglas mengapit altar, mengindikasi dimana bagian yang terpenting diletakkan (altar).
Pada sudut kapel di dalam dinding tempat penyimpanan disekeliling ruang ibadah dapat dilihat karya seni religius. Pengunjung dapat menuruni tangga selatan ke makam untuk mengikuti jalur aksial menuju panggung tempat mayat di bawah ruang ibadah. Cahaya masuk ke dalam ruangan melewati lantai kaca dari altar.
Pencahayaan, ruang dan keseluruhan kualitas arsitektonik katedral membuat pensuasanaan religius tanpa mengurangi tingkat kualitas karya seni dalam berarsitektur. Arsitekturnya termasuk modernism tetapi juga bertumpu pada arsitektur tradisional religius seperti denah konsentrik yang terinspirasi dari kapel Renaissance atau manipulasi cahaya dari Gereja Baroque. Semangat, spiritual, inovatif: katedral yang mengingatkan pada keagungan tipologi pada masa lampau.
Artikel ini ditulis oleh Suzanne Stephens dengan setting pakar berdasarkan pengetahuan dan kesetaraan sebab diamati dengan latar belakang seperti pakar. Contohnya saat mengutarakan mengenai hubungan bangunan dengan arsitektur zaman Renaissance dan Baroque. Dari jeisnya, artikel ini termasuk deskriptif depiktif karena banyak menguraikan fenomena fisik dan kontekstual karena juga menjelaskan mengenai konteks sejarah yang mempengaruhi desain.

Picture: http://studio83.co.za/news/2012/03/28/3413

Tidak ada komentar:

Posting Komentar