Bangunan yang pada awalnya dibangun untuk pertandingan sepak bola Euro 2004 ini berfungsi sebagai stadion sepak bola atau sering juga dipakai untuk tempat konser musik dengan kapasitas tempat duduk penonton sebanyak 35.000 kursi dan berlokasi di Atlantik selatan, Portugal. Dibangun pada lahan baru di Parques das Cidades dengan desain hasil kerja sama antara arsitek khusus bangunan olahraga, HOK Sport, dengan AARQ dari Lisbon. Panjang bentang struktur atap dari satu kolom raksasa ke kolom lain sekitar 140 m2, kurang lebih 2 kali tinggi mast-nya. Berlokasi tepatnya di João da Venda di kota Esteval, diantara kota Faro dan Loulé.
Bentuk dan ekspresi struktur stadion
merupakan simbolisasi dari tradisi kelautan daerah Faro dan sejarah maritim
Portugal. Stadion ini mempunyai dua atap kembar berbentuk seperti layar kapal
yang berada saling berhadapan pada bagian timur dan barat bangunan. Stadion
Algarve ini struktur atapnya terdiri dari 4 buah mast (tiang pada struktur kabel) dengan tinggi 72 meter dan angker
berupa kabel kanetari sepanjang 210 meter. Kabel-kabel tersebut menyangga PVC fabric
transparan yang bergerak dinamis seperti ombak. Menurut arsiteknya, hal
tersebut merefleksikan sportivitas yang ‘tergambar ‘ pada disain lapangan
olahraga tersebut. Sementara itu, tiap 2 mast
diapit oleh atap utama, dengan struktur kabel dan menggunakan tambahan arch baja untuk ikut menopang atap.
Untuk menutupi atap tersebut dibutuhkan 32 lembaran membran dengan ukuran
masing-masing lebar 14,4 meter dan panjang bervariasi antara 31-45 meter. Luas
permukaan stadion sekitar 10.186 m2. Material membrannya adalah
bahan kain polyester dengan ketahanan air tinggi yang telah di-coating dengan PVC pada kedua
lapisannya. Sebagai lapisan coat terakhir dipakai cat fluorine polymer. Pemilihan material ini sangat penting dilakukan
untuk mengharmonisasikan jenis spesifik material dengan jenis kebutuhan
konstruksi disain untuk menghasilkan struktur yang stabil Kedua spot tempat
duduk utama pada timur dan barat stadion mempunyai elevasi setinggi bangunan tingkat
empat dan sisi atasnya bersambungan
dengan atap.
Struktur kabel yang mengalami beban eksternal akan mengalami deformasi yang
bergantung pada besar dan lokasi beban eksternal. Bentuk yang didapat khusus
untuk beban itu ialah bentuk funicular
(tali). Hanya gaya tarik saja yang dapat timbul pada kabel. Karena pada Stadion
Algarve ini bentuk struktur tarik dan tekannya mempunyai hubungan dengan tali
tergantung yang dibebani, maka stadion ini termasuk struktur funicular. Kabel yang ada pada struktur
tersebut termasuk katenari karena
berfungsi sebagai atap sehingga bentuknya berpenampang melintang konstan
dan hanya memikul beban sendiri.
Besar gaya yang timbul pada kabel bergantung pada tinggi relatif bentuk funicular dibandingkan panjangnya.
Semakin tinggi kabel, semakin kecil gaya yang timbul pada struktur tersebut.
Struktur kabel dikategorikan sebagai suspension
structure atau cable-stayed structure.
Stadion ini termasuk jenis cable-stayed
struktur berkabel ganda, yaitu kabel ganda yang berkelengkungan saling
berlawanan serta membentuk permukaan atap utama.
Pada struktur kabel, selain kabel, diperlukan elemen-elemen lain untuk
membentuk struktur, memikul kabel dan menjadi sarana meneruskan gaya vertikal
dan horizontal ke tanah. Pada Stadion Algarve, digunakan jenis elemen penumpu
yaitu memakai system guyed mast (sistem
penumpu berupa kabel dan tiang) miring. Pada struktur stadion ini, struktur
atapnya ditumpu oleh dua mast yang
berada di samping kanan dan kiri bentang. Mast
ini berupa tube baja yang diletakkan miring dari tanah dan pada bagian bawahnya
terhubung dengan kolom raksasa untuk menyalurkan gaya horizontal dan vertikal
ke tanah. Sementara itu, yang berfungsi sebagai guy (kabel penguat mast)
adalah baja pipa pada atap dan kabel-kabel yang menopangnya. Mast pada stadion yang arahnya miring
(tidak vertikal) membuat sebagian gaya horizontal dipikul oleh mast miring tersebut sementara gaya horizontal yang sebagian lagi
dipikul oleh kabel guy. Dengan
demikian gaya aksial tekan pada mast
menjadi besar shingga mast yang besar
membuat ukurannya perlu besar. Pada Algarve untuk menjadikan mast dapat mengatasi gaya aksial tekan
tersebut dengan mempertimbangkan keefisienan material serta agar tidak
memerlukan mast yang sangat besar sehingga berat, maka mast tersebut ’diperbesar luasannya’ dengan memakai kabel-kabel
tarik disekeliling mast. Kabel
tersebut di bagian tengah mast dijauhkan satu sama lain agar tercipta gaya
tahan mast yang besar terhadap gaya
aksial tekan. Gaya yang besar tersebut perlu disalurkan ke tanah, yaitu dengan
kolom yang karena gaya mast nya juga
besar maka kolom berdiameter besar. Dengan kemiringan mast maka kabel guy
gayanya dapat dikurangi dan desain fondasi dapat lebih simple daripada guy mast
dengan mast tegak lurus dengan tanah.
Sebagai perbandingan, pada guy must
yang tegak lurus tanah, gaya horizontal hanya dipikul oleh kabel guy, mast memikul gaya aksial tekan
sehingga desain pondasi kabel guy
menjadi rumit. Maka untuk bentang lebar seperti stadion Algarve ini, memang
tepat jika digunakan sistem guy mast
miring karena gaya ujung kabel dapat dipikul mast sebagian sehingga gaya yang dipikul kabel guy berkurang.
Selain itu, kestabilan kabel yang mengalami gaya angin sangat penting
karena adanya flutter (getaran) pada
struktur atap. Getaran yang diakibatkan oleh angin atau gempa bumi berupa
gerakan osilasi yang berulang pada interval waktu tertentu. Pada Stadion
Algarve untuk mengatasi masalah getaran akibat gaya angin tersebut,
diselesaikan dengan beberapa cara yaitu memperbesar beban mati pada atap dengan
membuat struktur lengkung yang terbentuk dengan truss-truss berjajar yang terhubung dengan tribun. Struktur truss
tersebut tak dapat berdiri sendiri melainkan memerlukan sistem kabel untuk
menopangnya. Struktur tersebut membantu memperbesar beban mati atap sehingga
dihasilkan gaya tarik kabel yang besar dan frekuensi getaran karena gaya angin
pun berubah. Cara kedua yang dilakukan
untuk mengatasi getaran pada stadion adalah dengan memberikan kabel guy angker pada titik-titik di sisi-sisi
luar di samping kolom besar, untuk mengikat struktur ke dalam tanah. Cara
ketiga yaitu menggunakan sistem kabel rangkap (atas-bawah dan menyilang) yang
berfungsi sebagai sistem peredam. Algarve memakai sistem kabel rangkap cekung
untuk mencegah getaran pada atap akibat efek angin. Kabel-kabel diberi gaya
pra-tarik, kemudian struktur atas cenderung mengalami gaya tarik tambahan dan
struktur bawah cenderung berkurang pratariknya. Beban eksternal (beban angin,
gempa.dll) dan gaya pra-tarik tersebut menyebabkan timbul gaya horizontal yang
besar pada mast. Untuk memikul gaya
horizontal yang besar tersebut, diberikan sistem kabel tie back yang diangker ke tanah.
Perilaku dinamis pada atap dapat diamati juga dari frekuensi alami getaran
kabel yang bergantung pada gaya tarik kabel. Kedua kabel (atas-bawah) mempunyai
gaya tarik berbeda sehingga frekuensi getaran alaminya pun berbeda. Saat gaya
eksternal memaksa terjadinya getaran pada satu kabel, kabel lainnya cenderung meredamya
dan karena frekuensi tersebut osilasi dapat diredam. Namun begitu, getaran pada atap pada kenyataannya tak bisa
diredam seluruhnya, tetap saja pada sat gaya angin besar, getaran tidak dapat
dihindarkan. Getaran ini tetapi tidak membahayakan struktur stadion. Getaran
ini malah menjadi salah satu simbol dari kedinamisan olahraga, menurut
arsiteknya.
Referensi
Schodek, Daniel L.
Struktur. 1998. Bandung:
Refika Aditama.
Sheard, Rod. The
Stadium, Architecture for The New Global Structure. Brekeley Book Ltd.
www.archrecord.construction.com/projects/bts/archives/stadiums/default.asp
www.structuremag.com. TensiNews7-1.pdf.
Textile Grandstand Roofing for the New
“Estádio
Intermunicipal Faro-Loulé” on the Algarve
Coast.
http://www.trivago.es (gambar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar