28.10.12

Burj Dubai - struktur



          Lokasi: Dubai, Uni Emirat Arab
          Arsitek: Adrian Smith dari SOM (Skidmore, Owings, & Merrill)
          Contractor: Samsung (Petronas Tower, Taipei 101), Besix, Arabtec
          Project Manager: Turner
          Developer: Emaar
          Groundbreaking: 21 September 2004
          Style: Modern
          constructionHeight:
            Antenna/Spire ~818 m (2,684 ft)
            Roof ~643.3 m (2,111 ft)
            Top floor ~624.1 m (2,048 ft)
          Technical details:
Floor count 164 [1]
Floor area 334,000 m² (3,595,100 sq ft)

Bangunan Burj Dubai pada tanggal 1 September 2008 menjadi struktur paling tinggi yang pernah dibuat dan buatan manusia. Bangunan tersebut merupakan bagian dari kompleks seluas 2km2 yang biasa disebut Downtown Dubai "First Interchange" / "Defence Roundabout“ di sepanjang Sheikh Zayed Road di Doha Street (Financial Centre Road). Proyek Burj Dubai hingga selesai diperkirakan akan memakan dana sebesar 4,1 triliun US dollar.
Bangunan ini pada Januari 2009 strukturnya setinggi 818 m sudah selesai dikerjakan, lalu dilanjutkan dengan pengerjaan finishing, dinding, fasade, dll. Pada bagian bawah sampai lantai ke 155, bangunan ini menggunakan struktur utama beton bertulang, sementara itu pada bagian atasnya menggunakan material baja (steel frame) sebagai struktur. Penggunaan material baja pada bagian atas bangunan ini agar baja yang ringan dan slim dapat dibuat sedemikian rupa supaya dapat ‘mengalahkan’ bangunan – bangunan lain agar menjadi tertinggi.
Bangunan Burj Dubai, dengan ketinggiannya yang amat menjulang mewadahi berbagai macam fungsi di dalamnya. Lantai satu hingga sembilan digunakan sebagai podium, Lantai berikutnya sampai dengan lantai 39 berfungsi sebagai hotel dengan nama Armani Hotel. Apartemen privat ada pada lantai 45 hingga 108. Lantai berikutnya ke atas digunakan untuk kantor. Lantai 123 berfungsi sebagai lobby, sementara satu lantai di atasnya dapat dipakai sebagai observation deck. Diantara lantai-lantai tersebut, terdapat satu lantai elektrikal-mekanikal setiap kurang lebih 30 lantai .
Konsep awal denahnya terinspirasi sistem pola pada arsitektur Islam, dengan bentuk seperti bunga dengan tiga kelopak yang terilhami dari bunga Hymenocallis yang banyak terdapat di Timur Tengah. Bangunan ini terdiri dari tiga elemen berbentuk ‘kelopak’ yang memusat pada satu central core dengan reduksi spiral pada ketinggiannya. Denahnya berbentuk Y.  Semakin tinggi bangunannya, sayap mengisi dengan pola spiral, mengisi ketinggiannya, semakin lama semakin mengecil & meruncing ke atas, sampai akhirnya mencapai central shaft, sampai titik dimana shaft menjadi single spire. Di bagian atasnya, central core muncul dan membentuk bagian atas meruncing seperti bangunan gereja. Bentuk denah Y sangat cocok untuk kegunaan residensial & hotel, dengan sayap-sayap yang memaksimalkan view, cahaya masuk dan tetap menjaga privasi.
Selain central core, bangunan ini kelopaknya juga berfungsi menguatkan bangunan karena pada bagian kelopak yang terhubung dengan central core, di bagian dalamnya membentuk wing core persegi panjang yang masing-masing dipisah menjadi tiga kompartemen (pada gambar berwarna biru). Wing core memanjang maupun central core, kesemuanya berdinding struktural beton. Di bagian luar wing core, terdapat two – way flat slab yang terbagi menurut kompartemen wing core (pada gambar berwarna kuning muda). Di tiap ujungnya, diikat oleh kolom perimeter beton. Pada tiap ujung dari ketiga sayap, terdapat nose (warna kuning terang) yang diikat dengan menggunakan kolom nose beton (concrete nose columns) yang terdiri dari empat buah kolomj pada tiap sayap. Dengan struktur seperti ini, ditambah lagi dengan makin mengecilnya bangunan seiring dengan bertambahnya ketinggian, membuat struktur Burj Dubai menjadi lebih kokoh.

Pada central core terdapat semua elevator dan perlengkapan mekanikal. Bangunan ini dilengkapi dengan lima zona mekanikal terpisah, berlokasi setiap 30 lantai. Di atas batas bangunan yang menggunakan beton sebagai material utamanya, ada structural steel spire, tempat komunikasi, dan lantai mekanikal yang lebih detail.
Arsitek dan engineer-nya berusaha keras untuk mengembanagkan bentuk bangunan dan system struktur, menghasilkan bangunan yang merespon angin dengan efisien, sekaligus mempertahankan integritas konsep desain. Sebagai proses desain, engineer memutar bangunan 120 derajat dari layout awal untuk mengurangi stress karena beban angin.
Sebagai struktur tertinggi di dunia, gerakan pada lantai atas dan ketahanan terhadap gaya angin menjadi faktor dominan pada desain struktural Burj Dubai. Untuk menguji ketahanan struktur terhadap gaya angin ini, telah diadakan uji wind tunnel di RWDI (Rowan, Davies, Williams and Irwin) dan di Guelph, Ontario. Program wind tunnel ini termasuk uji keseimbangan permukaan dengan model, studi aerolastisitas model, ukuran tekanan lokal, dan studi lingkungan mengenai angin pada pedestrian. Studi ini mayoritas menggunakan maket (model) bangunan berskala 1:500. Untuk studi angin pada pedestrian menggunakan model 1:250 agar dapat diketahui perkembangan aerodinamis untuk mengurangi tekanan angin. Karena skala mempengaruhi keakuratan studi maka dibuat pula model skala 1:50 dan diujicobakan dihembuskan angin berkecepatan 55 m/s dari terowongan angin berukuran 9x9 m. Data statistik angin penting untuk memprediksi ketahanan bangunan tingkat atas terhadap angin.
Desainer memakai bentuk struktur beton Burj Dubai dengan bentuk denah ‘Y’ untuk mengurangi tekanan angin yang mengenai permukaan bangunan, menjaga simplisitas struktur dan konstruktibilitas nya lebih mudah. Sistem strukturnya dapat dinamakan: “buttressed” core. Setiap sayap, dengan inti bangunan (core) beton dan kolom perimeternya sendiri yang kuat, buttresses yang lainnya dengan ke-enam sisi central core. Hasilnya adalah bangunan yang dapat stiff torsionally (memuntir). Skidmore, Owings, Merrills LPP (SOM) menghubungkan elemen-elemen central core yang umum untuk membentuk sebuah bangunan dengan tidak adanya transfer struktural.
Setiap pengikat bangunan membentuk stepping pola spiral pada bangunan. Hal ini menyebabkan lebar bangunan berganti pada setiap step. Semakin tinggi, lebar bangunan semakin pendek. Keuntungan dari stepping dan shaping ini adalah untuk “membingungkan angin”. Angin vortexes tidak pernah terorganisasi karena pada setiap pengikat , angin menerjang bentuk bangunan yang berlainan.
Untuk memprediksi beban angin pada struktur utama, uji terowongan angin (wind tunnel) dikerjakan pada tahap awal desain menggunakan teknik frekuensi tinggi pada permukaan seimbang. Data wind tunnel kemudian dikombinasikan dengan properti dinamis bangunan untuk mengetahui respon dinamis bangunan dan pendistribusian permukaan angin yang merata pada skala sebenarnya. Untuk Burj Dubai, hasil dari uji keseimbangan permukaan digunakan untuk merancang desain structural dan melanjutkan studi parametric untuk menguji efek dari gaya puntir dan distribusi beban pada bangunan.
Bangunan ini mempunyai enam arah angin yang penting. Tiga arah saat angin bertiup kepada sayap. Angin bertiup ke ‘nose’ atau cutwater effect pada tiap sayap ( Nose A, Nose B dan Nose C). Tiga arah yang lain adalah saat angin bertiup diantara dua sayap. Ini disebut arah ‘tail’ (Tail A, Tail B, dan Tail C). Ternyata frekuensi angin bertiup pada bangunan mengakibatkan efek yang lebih besar pada angin yang bertiup menuju Tail (diantara dua sayap) daripada Nose (pada sayap). Atas dasar itulah, pemilihan orientasi bangunan untuk frekuensi arah angin yang paling kuat dipilih arah: barat laut, selatan, dan timur.
Banyak uji keseimbangan permukaan yang telah dilakukan untuk mengembangkan geometris bangunan dan bentuk arsitekturalnya. Ketiga sayap diujicobakan bergantian menurut arah jarum jam. Setelah uji wind tunnel, data dianalisis dan bangunan diperbaiki bentuknya untuk meminimalisasi efek angin. Berbagai macam ujicoba ini digunakan untuk memperbaiki massa, dan lain lain agar bangunan dapat tahan terhadap beban angin. Pada akhir proses desain, digunakan model aerolastik yang dibuat semirip mungkin dengan bangunan aslinya, dengan ketahanan skalatis terhadap stiffness, massa, dan damping.
Bending moments terjadi pada baik base maupun pada tingkat atas. Namun akselerasi terjadi pada tingkat atas. Ditelaah dari hasil uji ‘Keseimbangan Permukaan Berfrekuensi Tinggi’, dikombinasikan dengan statistika angin setempat, pergerakan bangunan pada akselerasi puncak diprediksi mempunyai periode kembali yang beranekaragam dalam kurun waktu satu hingga sepuluh tahun. Prediksi pada Mei 2003 mengatakan bahwa lebih dari 37 mili-g (angka Reynolds untuk uji ‘Keseimbangan Permukaan Berfrekuensi Tinggi’) dalam lima tahun periode kembali sudah baik untuk ukuran standar ISO, Walaupun begitu, dengan kombinasi menggeser orientasi bangunan, memperbaiki bentuk, memodifikasi properti struktural dan studi statistika angin yang lebih mendalam, maka pada akhir November 2003, pada periode kembali yang sama (5 tahun),angkanya berhasil menjadi turun sebesar 19 mili-g pada tingkat yang lebih tinggi.
Dengan adanya model aerolastik, prediksi dapat meningkat jauh. Berbagai variasi tinggi bangunan diujicobakan dengan model aerolastik. Akhirnya akselerasi terjadi lagi dengan range 12 mili-g. Hal ini karena angka Reynolds pada uji keseimbangan permukaan turun yang membuatnya lebih signifikan, tetapi aerodynamic damping dan turunnya kurtosis juga berkontribusi. Semua ini mengindikasi pentingnya efek aerolastik pada pergerakan bangunan.
Mengukur keseimbangan permukaan pada uji wind tunnel dapat menyebabkan perbaikan bentuk arsitektur dan akselerasi dari studi untuk pembangunan Burj Dubai.Uji model aerolastik membuat beban angin lebbih berkurang daripada uji keseimbangan permukaan. Hal ini dikarenakan efek angka Reynolds pada uji keseimbangan permukaan dan adanya efek aerodynamic damping dan factor puncak yang berlainan pada respon dari proses Gaussian.
Uji angka Reynolds yang tinggi pada model berskala 1:50 dengan keceopatan lebih dari 55 m/s mengindikasi bahwa angka Reynolds pada model aerolastik dan uji tekanan model tidak terlalu dipengaruhi angka Reynolds.
Akselerasi pada lantai residensial yang lebih tinggi diprediksi dapat menyebabkan kriteria kenyamanan normal dengan tidak menggunakan kegunaan supplementary damping.
Cladding eksteriornya terdiri dari 142,000 m2 glazing  reflektif dan aluminium dan stainless steel spandrel panels (spandrel= ruang diantara 2 arch atau antara arch dengan rectangular pada arch). Sistem cladding didesain untuk tahan dengan suhu tinggi di Dubai. Suhu eksterior di paling atas banguan dengan dasar berbeda 6 °C.
Di dalam Burj Dubai, lift nya merupakan yang tercepat di dunia, dengan kecepatan 18 m/s menggunakan double-deck elevator. Ke-56 elevatornya masing-masing dapat berisi 42 orang.
Pondasi Burj Dubai memakai lebih dari 45,000 m3 beton seberat 110,000  ton yang dibentuk 192 piles yang tertanam sedalam >50 m.
Jika pengerjaan bangunan telah selesai, diperkirakan akan menghabiskan 330,000 m3 beton & 39,000 ton balok baja. Konstruksinya sulit karena beton harus dipompa secara vertikal dan pembangunan Burj Dubai berhasil mencapai rekor dunia dengan pemompaan beton setinggi 601 m. Campuran beton khusus dibuat untuk menahan tekanan tinggi dengan beban masif pada bangunan, seperti konstruksi beton bertulang, setiap beton diuji kekuatan tahannya.  Pompa beton, saluran pipa dan dereknya dibuat oleh Putzmeinster of Aichtal dari Jerman. Supaya beton tahan terhadap suhu di Dubai yang dapat mencapai 50°C dan dapat menahan beban beribu-ribu ton, maka beton tidak dicor siang hari melainkan pada malam hari saat suhu rendah dan kelembapannya lebih tinggi. Selain itu, pada campuran beton ditambahkan es. Campuran beton dingin menghasilkan beton yang tidak mudah retak.


Referensi

Irwin, Baker. Structure Magazine: "The Burj Dubai Tower Wind Engineering".June 2006.
www.burjdubai.com
www.skyscraper.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar