28.10.12

Masjid Niu Jie, Beijing



Masjid Niu Jie merupakan masjid terbesar dan tertua di kota Beijing, China dengan luas 6.000 m2. Lokasi tepatnya berada di Jalan Niu Jie atau sering disebut juga Ox Street pada distrik Xuanwu Qu. Berdasarkan penelusuran dari empat sumber,  3 dari internet dan satu dari VCD masjid, Masjid ini pertama kali dibangun tahun 996 pada masa Dinasti Liao (916-1125) oleh orang Arab bernama Nasirudin yang menjadi pegawai penting pemerintah.  Masjid Niu Jie mengalami perluasan  pada tahun 1427, saat masa pemerintahan Dinasti Ming dan mengalami renovasi beberapa kali, yaitu pada 1442, 1474, 1496, 1613 dan di pertengahan abad 17.Masjid ini mengalami pemugaran tahun 1474., Sementara itu, renovasi belakangan juga terjadi pada tahun 1949,1955, 1979 dan 1996. Saat pemugaran pada Dinasti Ming, masjid Niu Jie dinamai Chi Chai Shi (tempat keadilan) dan Lie Bai Si (tempat sembahyang).
Elemen-elemen utama yang terdapat pada masjid yaitu ruang shalat, minaret (Bangge Lou), portal dan madrasah mengikuti karya arsitektur Cina tradisional, berada pada satu sumbu. Pada masjid Niu Jie, sumbu utamanya mengarah dari barat ke timur. Pintu masuk masjid berada pada sisi barat, dengan dua gerbang utama, masing-masing berada di pojok lahan.Sementara itu, pada ruang shalat, karena kiblatnya menghadap barat, maka akses menuju ruang shalat ada pada sisi kebalikannya, yaitu sisi timur. Alhasil, jika pengunjung masuk melalui gerbang utama, pengunjung masjid harus lewat di sepanjang sisi utara atau selatan ruang shalat dahulu, berputar, menemui courtyard yang diapit oleh ruang shalat dan minaret, lalu masuk ke dalam ruang shalat melalui entrance di sisi timur ruang shalat.
Masjid Niu Jie, struktur utama bangunannya terbuat dari kayu. Dari sisi eksterior, terlihat pengaruh arsitektur tradisional Cina, sementara interiornya banyak memakai dekorasi Islam. Perpaduan antara budaya Cina dan Islam berbaur dengan baik di masjid ini. Pada masjid tidak terdapat adanya ukiran makhluk hidup yang biasanya banyak terdapat pada seni dekorasi Cina, untuk menghormati nilai-nilai Islam.
Portal utama yang diapit oleh dua pintu gerbang masuk utama bangunan, disebut Paviliun Bulan, berdenah heksagonal, dua lantai, dan mempunyai atap piramida ganda pada bagian atasnya. Bagian kuncup atapnya berwarna kuning, melambangkan bahwa bangunan masjid dihormati pemerintah. Tepat di depan Paviliun Bulan, terdapat pailou ,dan screen wall berada di sisi seberangnya.
Pada area ruang shalat selebar 30 meter, pintu masuknya membentuk portal ditempatkan pada sisi timur ruangan. Mihrab kayu  dengan desain atapnya yang meninggi dan berbentuk piramida,  dihias dengan dekorasi ukiran kaligrafi Arab pada kayunya. Dengan interior ruangan yang agak gelap jika tidak menggunakan cahaya buatan, adanya clerestory yang memasukkan cahaya matahari ke dalam ruang shalat membuat tempat mihrab mempunyai visual emphasis yang kuat.
Di sebelah timur ruang shalat terdapat courtyard berskala monumental. Pada courtyard terdapat minaret pada sumbu tengahnya dan dua paviliun yang masing-masing terletak pada sisi barat daya dan barat laut minaret. Bangunan yang terletak paling timur pada sumbu tengah digunakan sebagai madrasah, tempat pendidikan Islam. Bangunan-bangunan yang ada di sekitar ruang shalat membentuk suatu ruang baru yang membuat courtyard menjadi ruangan terdefinisi dan menguatkan hierarki ruang shalat sebagai hierarki tertinggi pada kompleks masjid.
Minaret di tengah courtyard berbentuk persegi, bentuknya mirip Paviliun Bulan, sama-sama berlantai dua dengan lantai bawah yang berat dan solid sementara lantai atas lebih ringan dan terbuka. Kedua bangunan tersebut didekorasi dengan pola-pola berwarna cerah pada railing, architrave dan dougong-nya. Garis atap yang ditimbulkan dengan adanya Paviliun Bulan, ruang shalat, minaret dan madrasah yang berada pada satu sumbu menjadikan efek dramatis pada kompleks masjid Niu Jie ini. Kaligrafi-kaligrafi dengan warna emas, merah, hijau, biru dan ukiran bunga teratai mendominasi pada masjid tersebut. Unsur monumentalitas, penggunaan objek-objek sekunder untuk memperkuat karakter unsur utamanya merupakan ciri dari masjid jenis ini.
Selain bangunan-bangunan dan courtyard, pada masjid juga terdapat makam dua orang muslim yang dipercaya datang ke Cina untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Mereka adalah Syekh Ahmad Albartani dari Bukhara (1280) dan Syekh Imaduddin (1283).

Desain Masjid Niu Jie ini akan dikaitkan dengan kajian teori arsitektur Islam yang telah dipelajari sebelumnya pada perkuliahan. Menurut teori yang dikemukakan oleh Gulzar Haider, yang telah dibahas pada bangunan sebelumnya yaitu Masjid Agung Xian, prinsip –prinsip rancangan yang menyatukan cita-cita lingkungan Islam dapat dilihat pada tiga nilai. Nilai ke-1 adalah pengertian lingkungan. Rancangan lingkungan Islam harus merupakan penghargaan terhadap topografi alam.1 Dengan adanya courtyard, yang ruangnya terdefinisi oleh bangunan-bangunan yang mengitarinya, pada timur ruang shalat, maka udara dapat dialirkan dengan lancar ke dalam bangunan-bangunan di sekitar courtyard tersebut. Ini sangat berguna, terlebih lagi pada ruang shalat yang pada waktu-waktu tertentu ada kemungkinan untuk penuh jamaah, berdesak-desakan dan sangat memerlukan udara segar. Adanya courtyard dapat ’memberi tahu’ angin ke arah mana ia harus memberi tanggapan.
Nilai ke-2, kepaduan morfologis. Arsitektur Islam dapat terpadu dan menjadi satu kesatuan, melalui pencaharian aturan fungsi, makna, simbol, geometri, gravitasi, energi, cahaya, air dan gerakan.1 Hal ini berarti dengan meneliti, mencari dan menemukan aturan-aturan yang arsitektural pada aspek-aspek di atas, suatu karya arsitektur Islam bisa menjadi lebih terjalur, senada menjadi sebuah kesatuan karya. Pengaplikasian teori tersebut pada masjid ini terlihat dari penentuan skala sesuai dengan lokasinya. Skala pada ruang shalat dibuat intim agar menambah kekhusyukan ibadah. Sementara pada ruang terbuka di masjid ini, seperti courtyard, skalanya monumental agar manusia yang berada di dalamnya dapat merasa lapang beraktivitas dan bebas berada di ruang terbuka. Aturan lain yang terdapat pada masjid Niu Jie adalah aturan mengenai bangunan-bangunan penting yang terletak pada satu sumbu. Aturan sumbu ini membuat adanya garis atap/roof line yang menghubungkan bangunan-bangunan tersebut sehingga terlihat menjadi satu kesatuan. Selain itu, aturan sumbu juga menjadikan kompleks masjid ini menjadi simetris utara-selatan. Jika ditelaah menurut aturan fungsi ruang shalat yang mempunyai arah kiblat ke barat (di Cina), maka adanya pintu masuk ke ruang shalat di sisi timur menjadi sangat logic. Yang menjadikan menarik pada desain masjid tersebut adalah sirkulasi yang harus berbalik arah jika pengunjung dari gerbang utama masjid ingin menuju ke ruang shalat. Desain seperti ini dapat menjadi khazanah baru dalam berarsitektur. Keteraturan pemasukan cahaya pada bangunan masjid, dalam hal ini, mihrab dengan adanya clerestory juga membuat visual emphasis yang kuat pada sisi mihrab, yang menjadi pusat pada ruang shalat ini. Cahaya yang masuk ke dalam ruang shalat menjadi terpadu dan lebih mempunyai sisi estetis tersendiri.
Nilai ke-3, kejelasan simbolik adalah penghargaan terhadap tradisi, budaya, metafora, kiasan dan simbol-simbol yang tanpanya, arsitektur Islam tidak dapat mendorong pengungkapan ciri dan identitas yang tidak berbahaya.1 Kuncup Paviliun Bulan yang berwarna kuning, dalam tradisi Cina memiliki simbol bahwa masjid termasuk dalam bangunan yang dihormati kekaisaran. Tidak adanya bentuk makhluk hidup bernyawa pada tiap sudut masjid untuk menghormati ajaran Islam juga tidak berarti membunuh karakter budaya arsitektur tradisional Cina yang penuh dekorasi. Dekorasi khas Cina terlihat pada detail-detail bangunan, terutama bagian eksterior. Dou gong dengan warna berani-biru, hijau , kuning, merah- beradu menjadi satu, sangat menonjolkan ciri arsitektur Cina yang berani, dengan warna warna cerah. Sementara itu, tanda bahwa sudah terjadinya percampuran antara budaya Cina dengan Islam diperlihatkan dengan dekorasi interior ruang shalat yang sarat dengan kaligrafi Arab, bahkan pada kolomya, namun tetap berpedoman pada tradisi Cina, memakai warna-warna berani dan penuh dekorasi motif floral pada plafon.
Keterkaitan antara nilai-nilai pada teori profesor Gulzar Haider dengan ciri khas Masjid Niu Jie ini membuktikan bahwa Masjid Niu Jie termasuk salah satu bentuk pengaplikasian arsitektur Islam yang baik di Cina.
Namun, pada Masjid Niu Jie ada hal yang kurang sesuai dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yakni tidak diperbolehkannya membangun bangunan di atas sebuah makam. Pada masjid ini, makam kedua pembawa ajaran Islam ke Cina dibangun menjadi seperti piramida berundak-undak lalu bangunan makam tersebut dilapisi dengan menggunakan marmer. Di sekitar makamnya juga telah dilapisi dengan keramik.
Pada umumnya, Masjid Niu Jie merupakan perwujudan arsitektur Islam yang berhasil dan salah satu yang terbaik pada masanya. Adanya kekurangsesuaian terhadap ajaran agama Islam pada masjid ini terjadi karena terpengaruh oleh tradisi setempat. Islam dikembangkan di Cina secara damai dan membutuhkan waktu untuk memisahkan tradisi masyarakat yang kurang sesuai dengan ajaran Islam dengan masyarakat muslim di daerah tersebut. Dan tradisi dan budaya Cina yang sejalan dengan prinsip Islam dapat terus dilestarikan agar dapat memperkaya budaya di dunia Islam.



Referensi

Fernandez, Antonio et. al., The Mosque: History Architectural Development & Regional Diversity, Thames & Hudson, London, 1994.
Masjid: Kejayaan Islam di Seluruh Dunia. Merak Home Video. Lulus sensor No.355/VCD/SU/ll.2006/2004. 

www.sacred-destinations.com, diakses 23 Mei 2009
www.travelchinaguide.com, diakses 23 Mei 2009
www.en.wikipedia.org, diakses 23 Mei 2009
Konsep, Gagasan, Interpretasi & Kriteria Arsitektur Islami. Bahan Materi Kuliah AR 4231. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar