Perancangan arsitektur berkelanjutan adalah pekerjaan mendesain yang memperhatikan estetika
tradisional seperti massa,
proporsi, skala, tekstur, bayangan, dan pencahayaan, dengan tim desain yang juga memperhatikan mengenai ‘harga’ jangka panjang
yaitu lingkungan, ekomomi dan manusia. Institut Rocky Montain menjabarkan
5 elemen dalam desain sustainable yaitu:
(1)Perencanaan dan desain harus mempunyai efek yang terbaik pada
efesiensi energi, desain solar pasif, daylighting
dan pendinginan natural.(2)Desain
sustainable lebih kepada filosofi
bangunan daripada hanya sekedar gaya.(3)Bangunan yang sustainable tidak boleh berharga mahal
dari bangunan konservatif dan
lebih sukar daripada konstruksi tradisional.(4)Integrated
design>
setiap komponen adalah bagian dalam keseluruhan.(5)Meminimalisasi konsumsi energi dan berperan
dalam kesehatan manusia.
Sementara itu, berdasarkan makalah yang diterbitkan oleh
University of Michigan pada Desember 1998, ada tiga prinsip dari desain
arsitektur yang sustainable yaitu bahan ekonomis (mengedepankan reduction, reuse, recycle dari bahan alam sebagai material
bangunan), life-cycle design (termasuk metodologi untuk
menganalisis proses membangun dan efek pada lingkungan) dan human design (fokus pada interaksi manusia dengan alam).
Menurut Sanuel Mockbee dari Auburn University, sustainable architecture memadukan kombinasi dari nilai estetika, lingkungan, sosial,
politik dan moral. Mengawinkan suatu imajinasi dan pengetahuan teknis menjadi aspek penting dalam prakteknya,
mendesain dan membangun dalam keharmonisan pada lingkungan kita. Tantangannya adalah dengan
menemukan keseimbangan antara pertimbangan lingkungan dengan batasan ekonomi.
Pertimbangan tersebut harus dibenturkan dengan kebutuhan komunitas dan ekosistem yang men-support-nya.
Perancangan arsitektur Berkelanjutan dapat diartikan sebagai
proses mendesain yang memadukan
semangat sustainability- lingkungan, sosial dan ekonomi
sebagai garis besarnya- dengan tetap berpedoman pada prinsip arsitektur (fungsi, estetika dan struktur)
sebagai dasar mendesain.
Contoh dari perancangan arsitektur berkelanjutan dapat
dilihat dari karya – karya
arsitek Yu Sing yang concern kepada rumah murah. Dari karya – karya tersebut dapat
dilihat bahwa dalam proses merancang, kita harus teliti dalam setiap aspek,
mulai dari pemilihan
material yang kokoh dan sesuai budget
hingga memilih bukaan yang dapat melindungi saat hujan dan panas namun
lubangnya cukup lebar sehingga memudahkan udara masuk untuk sirkulasi.
---------(komentar & analisis terhadap suatu artikel)
Teori tetap diperlukan
dalam arsitektur, tetapi arsitektur
dapat terbukti baik jika telah bermanfaat dan dipraktekkan (telah
dibangun sebagai bangunan). Lalu desain menarik, kreatif nyaman itu yang seperti
apa bentuknya?Itu memang tak dibilang sang arsitek, jadi selama dia belum
membuktikannya (memberikan alternatif konsep desain), dia tak bisa menyanggah
perkataan komentar tersebut yang menyatakan bahwa ia hanya berteori dan belum
memecahkan masalah sepenuhnya.
Saya setuju dengan pernyataan bahwa untuk mendesain rumah mewah
kepala tukang juga mampu membuatnya. Hal yang perlu diingat, sesuai
dengan prinsip desain arsitektur yang dikatakan Vitruvius,dalam desain arsitektur ada estetika,
fungsi dan struktur yang harus diperhatikan. Karena itu, jika tidak
diserahkan pada ahlinya (arsitek) dan diserahkan pada seniman misalnya,
struktur mungkin akan sedikit diabaikan, dan begitu pula jika pekerjaan arsitek
diberikan kepada tukang bangunan, mungkin secara struktur tidak ada masalah,
tetapi secara estetika dan fungsi belum tentu baik. Jadi kepala tukang memang mampu, namun belum tentu
sebaik arsitek (rawan). Menilik pembahasan tersebut, jika bukan arsitek
yang mendesain (baik bangunan mewah maupun untuk marginal), desain rawan untuk menjadi tidak
seimbang antar 3 unsur tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan sustainibility, desain bisa tidak
efektif dan efisien serta melanggar kaidah sustainibility
yang lain.
Namun menarik
untuk mencermati konteks komentar saat menyatakan himbauan untuk membawa arsitektur untuk kaum marginal. Pernyataan
ini sejatinya adalah untuk menyindir
pihak-pihak yang menciptakan arsitektur hanya untuk kepentingan orang-orang
kaya saja tanpa memperhatikan nasib masyarakat pada umumnya. Mereka yang
berada di lini ini tidak
memperhatikan sustainibility
dalam bentuk yang integral.
Dan jika melabeli desainnya dengan sustainable
atau green, jelas itu hanya terdapat
pada permukaannya saja sementara content-
nya dapat sangat jauh dari sustainability itu sendiri.
Sebenarnya yang
menjadikan desain termasuk sustainable
atau tidak bukan untuk
siapa arsitek membuatnya (untuk marginal atau untuk borjuis), tapi itu
kembali kepada metode dan prinsip perancangan arsitektur sustainable. Jika desain tersebut mengikuti konten dari
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan desain sustainable walaupun kelihatan mewah.
Sebaliknya desain yang terlihat dari luar tampak sederhana, bisa jadi unsustainable jika ternyata tidak
mematuhi prinsip-prinsip sustainibility tersebut.
ref: bahan kuliah seminar, www.aloha.net, www.arch.hku.hk,
www.wikipedia.org, Introduction to
Sustinibility Design. Michigan: 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar