28.10.12

Perancangan arsitektur berkelanjutan



Perancangan arsitektur berkelanjutan adalah pekerjaan mendesain yang memperhatikan estetika tradisional seperti massa, proporsi, skala, tekstur, bayangan, dan pencahayaan, dengan tim desain yang juga memperhatikan mengenai ‘harga’ jangka panjang yaitu lingkungan, ekomomi dan manusia. Institut Rocky Montain menjabarkan 5 elemen dalam desain sustainable yaitu:
(1)Perencanaan dan desain harus mempunyai efek yang terbaik pada efesiensi energi, desain solar pasif, daylighting dan pendinginan natural.(2)Desain sustainable lebih kepada filosofi bangunan daripada hanya sekedar gaya.(3)Bangunan yang sustainable tidak boleh berharga mahal dari bangunan konservatif dan lebih sukar daripada konstruksi tradisional.(4)Integrated design> setiap komponen adalah bagian dalam keseluruhan.(5)Meminimalisasi konsumsi energi dan berperan dalam kesehatan manusia.
Sementara itu, berdasarkan makalah yang diterbitkan oleh University of Michigan pada Desember 1998, ada tiga prinsip dari desain arsitektur yang sustainable yaitu bahan ekonomis (mengedepankan reduction, reuse, recycle dari bahan alam sebagai material bangunan), life-cycle design (termasuk metodologi untuk menganalisis proses membangun dan efek pada lingkungan) dan human design (fokus pada interaksi manusia dengan alam).
Menurut Sanuel Mockbee dari Auburn University, sustainable architecture  memadukan kombinasi dari nilai estetika, lingkungan, sosial, politik dan moral. Mengawinkan suatu imajinasi dan pengetahuan teknis menjadi aspek penting dalam prakteknya, mendesain dan membangun dalam keharmonisan pada lingkungan kita. Tantangannya adalah dengan menemukan keseimbangan antara pertimbangan lingkungan dengan batasan ekonomi. Pertimbangan tersebut harus dibenturkan dengan kebutuhan komunitas dan ekosistem yang men-support-nya.
Perancangan arsitektur Berkelanjutan dapat diartikan sebagai proses mendesain yang memadukan semangat sustainability- lingkungan, sosial dan ekonomi sebagai garis besarnya- dengan tetap berpedoman pada prinsip arsitektur (fungsi, estetika dan struktur) sebagai dasar mendesain.
Contoh dari perancangan arsitektur berkelanjutan dapat dilihat dari karya – karya arsitek Yu Sing yang concern kepada rumah murah. Dari karya – karya tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses merancang, kita harus teliti dalam setiap aspek, mulai dari pemilihan material yang kokoh dan sesuai budget hingga memilih bukaan yang dapat melindungi saat hujan dan panas namun lubangnya cukup lebar sehingga memudahkan udara masuk untuk sirkulasi. 
 ---------(komentar & analisis terhadap suatu artikel)


Teori tetap diperlukan dalam arsitektur, tetapi arsitektur dapat terbukti baik jika telah bermanfaat dan dipraktekkan (telah dibangun sebagai bangunan). Lalu desain menarik, kreatif nyaman itu yang seperti apa bentuknya?Itu memang tak dibilang sang arsitek, jadi selama dia belum membuktikannya (memberikan alternatif konsep desain), dia tak bisa menyanggah perkataan komentar tersebut yang menyatakan bahwa ia hanya berteori dan belum memecahkan masalah sepenuhnya.

 Saya setuju dengan pernyataan bahwa untuk mendesain rumah mewah kepala tukang juga mampu membuatnya. Hal yang perlu diingat, sesuai dengan prinsip desain arsitektur yang dikatakan Vitruvius,dalam desain arsitektur ada estetika, fungsi dan struktur yang harus diperhatikan. Karena itu, jika tidak diserahkan pada ahlinya (arsitek) dan diserahkan pada seniman misalnya, struktur mungkin akan sedikit diabaikan, dan begitu pula jika pekerjaan arsitek diberikan kepada tukang bangunan, mungkin secara struktur tidak ada masalah, tetapi secara estetika dan fungsi belum tentu baik. Jadi kepala tukang memang mampu, namun belum tentu sebaik arsitek (rawan). Menilik pembahasan tersebut, jika bukan arsitek yang mendesain (baik bangunan mewah maupun untuk marginal), desain rawan untuk menjadi tidak seimbang antar 3 unsur tersebut, apalagi jika dikaitkan dengan sustainibility, desain bisa tidak efektif dan efisien serta melanggar kaidah sustainibility yang lain.
Namun menarik untuk mencermati konteks komentar saat menyatakan himbauan untuk membawa  arsitektur untuk kaum marginal. Pernyataan ini sejatinya adalah untuk menyindir pihak-pihak yang menciptakan arsitektur hanya untuk kepentingan orang-orang kaya saja tanpa memperhatikan nasib masyarakat pada umumnya. Mereka yang berada di lini ini tidak memperhatikan sustainibility dalam bentuk yang integral. Dan jika melabeli desainnya dengan sustainable atau green, jelas itu hanya terdapat pada permukaannya saja sementara content- nya dapat sangat jauh dari sustainability itu sendiri.

Sebenarnya yang menjadikan desain termasuk sustainable atau tidak bukan untuk siapa arsitek membuatnya (untuk marginal atau untuk borjuis), tapi itu kembali kepada metode dan prinsip perancangan arsitektur sustainable. Jika desain tersebut mengikuti konten dari prinsip-prinsip yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan desain sustainable walaupun kelihatan mewah. Sebaliknya desain yang terlihat dari luar tampak sederhana, bisa jadi unsustainable jika ternyata tidak mematuhi prinsip-prinsip sustainibility tersebut.




ref: bahan kuliah seminar, www.aloha.net, www.arch.hku.hk, www.wikipedia.org, Introduction to Sustinibility Design. Michigan: 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar