28.10.12

Kaitan antara Persatuan Umat Muslim dengan Perkembangan Teknologi Bangunan dan Arsitektur Masjid ditinjau dari Rapatnya Barisan (Saf) Shalat Jamaah di Masjid





PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kita amati di masjid-masjid dan saat shalat Ied bahwa masih banyak umat muslim yang kurang menyadari perlunya merapatkan saf dalam shalat, baik karena ketidaktahuan maupun karena tidak mendalami lebih lanjut.
Menurut Al Quran surat Shaf ayat 4,’Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang rapi (teratur) seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh’. Ayat ini menarik karena jika ditelaah lebih lanjut ternyata barisan yang rapi tidak hanya diperlukan saat shalat, tetapi juga saat berperang di jalanNya.
Perkembangan teknologi termasuk di dalamnya teknologi bangunan dewasa ini berkontribusi dalam perkembangan ilmu arsitektur. Sementara itu, makin banyak masjid-masjid yang dibangun dan membutuhkan perkembangan ilmu arsitektur dan ilmu teknologi bangunan karena untuk mematuhi kaidah-kaidah Islam dalam shalat dan kegiatan lainnya yang biasa dilakukan di masjid, perancang masjid tentu harus mengetahui kaidah-kaidah tersebut dan mencari akal dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Salah satu kaidah Islam yang harus dipenuhi dan sering menjadi persoalan adalah kerapatan saf shalat yang telah dibahas sebelumnya.
Atas dasar di atas lah, penulis tertarik untuk mengetahui kaitan antara persatuan umat muslim, perkembangan teknologi bangunan dan AR masjid ditinjau dari rapatnya barisan dalam shalat berjamaah.
                                                                          
1.1  Rumusan Masalah
-       Apakah ada kaitan antara persatuan umat muslim dengan perkembangan teknologi bangunan dan arsitektur masjid?
-       Seperti apa kaitannya? Apakah dengan rapatnya barisan dalam shalat umat muslim dapat bersatu?

1.2  Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
a.     mengetahui kaitan antara berkembangnya teknologi bangunan dan ilmu arsitektur terhadap hubungan persaudaraan antar umat muslim
b.    mengetahui manfaat ilmu teknologi dan arsitektur terhadap persatuan umat
c.     menyadarkan pentingnya kerapatan saf dalam berjamaah demi persatuan umat 
d.    mengasah jiwa para akademisi untuk terus mengembangkan teknologi dan sains demi tercapainya masyarakat yang Islami
1.4 Lingkup Penulisan
Dikarenakan waktu yang terbatas, penulis hanya membatasi penulisan dari studi kasus berikut:
a.persatuan umat muslim secara umum di Indonesia
b.perkembangan teknologi bentangan struktur atap masjid dengan membandingkan preseden teknologi struktur atap Masjid Agung Demak mewakili masa awal Islam di Indonesia , Masjid Said Naum untuk mewakili periode tahun ‘70-an dan Masjid AtTin wakil dari masjid yang dibangun pada masa ‘90-an
c.perbandingan arsitektur masjid yaitu banyaknya kolom pada ruang shalat masjid.
d. urgensi rapatnya barisan (saf) dalam shalat di masjid
1.5 Metodologi Penulisan
Dengan terbatasnya waktu, maka penulisan hanya bersumber dari studi literatur yang penulis lakukan melalui buku dan penelusuran internet.
1.6 Kerangka Pemikiran
Perkembangan Teknologi Bangunan & AR Masjid
Umat Islam makin kuat persaudaraan> persatuan
Saf shalat rapi,
‘bangunan’ kokoh
 



ISI
2.1 Perkembangan Teknologi Bangunan & Arsitektur Masjid di Indonesia
     2.1.1 Masjid Agung Demak
Bentuk atap yang dipakai adalah tajug tumpang tiga. Bagian paling bawah menaungi ruangan berdenah segi empat. Atap bagian tengah mengecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Sedangkan atap tertinggi berbentuk limasan, dengan tambahan hiasan mahkota pada puncaknya. Komposisi ini mirip meru, bangunan tersuci di pura Hindu. Meru memiliki bentuk atap tajug berlapis. Sebenarnya, bentuk meru hanya tercermin pada atap masjid. Jika menilik sistem konstruksinya yang terdiri dari empat saka guru, yang klop dengan bentuk atap Masjid Demak adalah Bangunan Wantilan di Bali.
Bangunan beratap tajug tumpang dua yang disangga empat saka ini memiliki denah bujur sangkar. Tepinya berundak-undak. Masjid Agung Demak, yang menempati lahan seluas 11.220 meter persegi, kini seolah menjadi ciri kota Demak.
(Dikutip dari wayofmuslim.com)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan Masjid Agung Demak memiliki saka guru yaitu berupa  4 tiang utama di tengah-tengah bangunan sehingga jika dilihat dari segi fungsionalnya maka jamaaah yang shalat di masjid tersebut harus terpisah jika posisinya berdampingan dengan satu dari keempat tiang tersebut.
     2.1.2 Masjid Said Naum
Penampilan masjid didominasi atap. Pada bagian atas terlihat balok-balok struktur rangka atap yang menjadi `self bearing structure` dari sistem struktur atap tradisional sengaja diekspos. (Sumber: masjid2000/N. Luthfi) Biasanya ada empat saka guru di tengah ruang shalat untuk menyangga atap kedua maupun ketiganya, namun, di dalam rancangan ini dihilangkan. Konsekuensinya, diperlukan struktur bentang lebar. Tampaknya pilihan struktur rangka baja telah dipakai untuk menggantikan struktur kayu yang biasa pada masjid tradisional. Dikembangkannya kembali konsep sistem atap lama pada struktur rangka atap yang rigid sebagai self bearing structure untuk menutup ruang dengan bentang lebar. (dikutip dari bambangsb.blogspot.com dengan pemadatan)
Dapat dilihat pada gambar potongan masjid di atas, ruangan dalam masjid hanya satu dan bebas dari tiang. Struktur atap masjid materialnya menggunakan baja.
     2.1.3 Masjid AtTin
Penggunaan selasar merupakan implementasi perwujudan arsitektur beriklim tropis sementara ruang tanpa kolom dirancang berdasarkan hadits Rasul, seperti pemaparan Bapak Ahmad Noe’man, ‘Hadits Rasul mengatakan bahwa shaff (barisan) dalam shalat harus lurus, sehingga ruangan shalat adalah ruang yang lowong (tidak terhalang) dan tidak memiliki kolom(red:tiang). Hadits lain mengatakan bahwa shaff yang paling depan adalah yang terbaik, sehingga denah persegi menjadi pilihan dan ditetapkan kemudian sebagai bujur sangkar, dimana keseimbangan secara ruang dapat tercapai dalam mengatasi shaff tersebut.’.Pada Masjid At Tin digunakan bentuk dome yang ringan dengan menggunakan space frame sebagai strukturnya. Penggunaan space frame untuk dome ini merupakan terobosan baru pada masjid di Indonesia yang biasanya memakai struktur beton untuk dome sehingga berkesan berat. Bentuk dome pada masjid ini ringan, mudah pemasangannya, namun tetap kokoh.(dikutip dari Makalah Masjid AtTin-Sotya. A.R)
2.2  Urgensi Kerapatan Saf saat Shalat Jamaah
"Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang mengerjakannya berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa meninggalkannya berarti ia meruntuhkan agama" (HR. Baihaqqi). Hadits di atas meriwayatkan pentingnya shalat bagi umat muslim dalam beragama, karena itu harusnya kita dapat menjaga shalat kita. Salah satu sunnah muakad (utama dikerjakan) dalam shalat adalah dengan shalat berjamaah, terutama untuk shalat lima waktu. Lalu dalam shalat berjamaah itu sendiri, susunan makmum berdiri juga ada kaidahnya. Dikutip dari Buku Pintar Agama Islam, Rasulullah SAW bersabda,’Isilah olehmu jarak yang kosong diantara kamu, karena sesungguhnya setan dapat masuk di antara kamu sebagai anak kambing.’ (HR Ahmad). Dari hadits tersebut, dapat diketahui bahwa saf/barisan shalat hendaknya lurus dan rapat, tidak dibenarkan kosong dan bercelah.
2.3 Hukum Saf Terputus Tiang
Berbagai macam hadits mengenai saf terhalang tiang ini, namun dapat disimpulkan. Adapun yg menjadi titik persamaan dan tidak terjadi perselisihan dikalangan ulama:
1}. Bolehnya sholat sendiri diantara dua  tiang
2}Bolehnya Imam sholat jamaah berdiri diantara dua tiang mesjid
3}Bolehnya sholat diantara dua tiang apabila jumlah jamaah sedikit yg tidak melewati apa yang terdapat diantara dua tiang tersebut
4}. Bolehnya membuat shaf bagi para makmum diantara dua tiang apabila jumlah jamaah terlalu banyak yg apabila mereka tidak sholat diantara dua tiang akan menyebabkan mereka sholat diluar mesjid.
 Adapun yg menjadi letak perselisihan adalah para makmum membuat shaf diantara dua tiang dalam keadaan memungkinkan bagi mereka menghindarinya dan tidak menyebabkan mereka sholat diluar masjid. (blog.re.or.id)
2.3  Makna dan Urgensi Persaudaraan diantara Umat Muslim (Telaah As Shaf:4)
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperan di jalan-Nya dalam barisan yang rapi (teratur) seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’ (QS Shaf : 4). AlBiqa’i menyatakan bahwa surah ini bertujuan untuk mendorong orang beriman agar bersungguh-sungguh dan secara sempurna bersatu (satu hati), berjihad menghadapi musuh-musuh agama Allah. Untuk melaksanakan jihad dalam “memenangkan” agama Allah, diperlukan satu barisan yang kokoh. Ini hanya terbentuk jika kita memiliki satu hati, satu visi dan satu tujuan. Dan satu-satunya afiliasi kita adalah agama Allah. Sebuah afiliasi yang kuat, satunya kata dan perbuatan.
Amru Khalid menyatakan pentingnya bagi umat Islam untuk menyatukan barisan membela agama Allah dari orang-orang yang ingin memadamkan cahayanya. Dan perjuangan ini tidak akan berhasil, jika afiliasi umat Islam dan semangat jihadnya rendah. Engkau harus menjadi penolong Allah. Kalau kita benar menjadi “penolong Allah,” tidak mungkin kita berpecah belah. Jika kita berjuang untuk kebaikan agama Allah, tidak mungkin kita berbeda dalam menentukan siapa yang terbaik memimpin kita? Ini penting diingatkan, karena kita sedang berhadapan dengan “musuh Allah”, yaitu orang-orang yang tidak pernah percaya kepada ajaran Allah dan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk memadamkan cahayanya.” ( dari artikel Merapatkan Barisan Untuk Kemenangan:Telaah Atas Surah Ash-Shaf)
2.4 Analisis Alur Kaitan antara Perkembangan Teknologi & Arstektur Masjid, Kerapatan Saf pada Shalat Jamaah dan Persaudaraan Umat Muslim
Jika dikaji lebih jauh dari pembahasan sebelumnya, perkembangan teknologi bangunan dan arsitektur juga mempengaruhi arsitektur masjid di Indonesia. Menurut preseden yang telah ditelaah yaitu masjid dari tiga zaman yang berbeda dapat disimpulkan bahwa masjid-masjid tersebut semakin kekinian semakin dapat memenuhi kriteria tempat ibadah yang ideal menurut tata letak ruangnya dalam hal ini perletakan tiang. Dengan begitu, hukum saf diantara dua tiang dalam keadaan memungkinkan bagi mereka menghindarinya dan tidak menyebabkan mereka sholat diluar masjid yang masih dipertentangkan ulama semakin lama semakin tidak menjadi masalah sebab dewasa ini sudah ditemukan teknologi agar ruang shalat dapat bebas dari tiang sehingga jamaah tidak terputus. Penyiasatan denah yang berbentuk persegi juga membantu umat agar dapat berlomba-lomba(lebih muat banyak) berada di saf terdepan.
Jika saf jamaah sudah memungkinkan untuk rapat maka salah satu syarat persatuan umat telah terpenuhi. Seperti dalam hadits dari Abu Qosim Al Jadali berkata: Aku mendengar Numan Bin Basyir berkata Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya kepada manusia dan bersabda (yang artinya):’Luruskan=20 shaf-shaf kalian (3 kali)! Demi Allah benar-benar kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menjadikan hati kalian berselisih". Rasulullah SAW bersabda: "Benar-benarlah kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan membuat berselisih diantara wajah-wajah kalian" (Hadits riwayat Bukhari 717, Muslim = 127, Lafadz ini dari Muslim).(forumnu.or.id).
Maka semakin dekatlah kita dengan terealisasikannya surat As Saf ayat 4,‘Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang rapi (teratur) seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’ (QS Shaf : 4). Jika kita telah teratur dalam shalat dengan saf yang rapat maka kita akan mempunyai peluang lebih besar untuk teratur dalam kehidupan sehari-hari, dalam jamaah barisan umat muslim. Jika barisan umat sudah rapat maka kita akan menjadi ‘bangunan yang kokoh’ dan dapat mengalahkan musuh-musuh Islam.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tentu saja analisis ini baru muncul dari satu aspek sehingga tidak dapat menjadi patokan dalam proses terbentuknya persatuan umat. Dapat dilihat masyarakat Islam dahulu walaupun teknologinya masih sederhana dapat mempunyai jiwa berkorban yang tinggi dengan saudaranya yang lain dan shalatnya pun dapat rapat. Yang dianalisis dalam penulisan kali ini adalah peluang dan potensi yang ada dan dapat dimunculkan terkait dengan berkembangnya peradaban manusia. Namun jika sang manusia tidak ingin meraihnya, misalnya saf tidak rapat karena merasa orang disebelahnya tidak sederajat, tentu saja persatuan umat akan sulit untuk diraih. Intinya, Peradaban dapat membuat manusia lebih dekat atau tidak dengan Rabb-nya(Allah SWT), tergantung dari manusia tu sendiri, karena dengan berkembangnya teknologi, banyak kaidah-kaidah Islam yang berpotensi dapat dilaksanakan dengan baik, namun banyak juga teknologi yang dapat menjuruskan manusia ke lembah kenistaan. Semua tergantung Si Manusia itu sendiri. Berada dimanakah kita?
3.2 Saran
Jika sesuatu tidak jelas boleh tidaknya, maka ambillah yang aman. Agaknya itu yang menjadi patokan jika khawatir akan sesuatu hukum. Supaya tidak terjebak pada hukum mengenai tiang ini, maka akan lebih baik jika masjid diusahakan untuk tidak ada tiang pada ruang shalat seperti sudah dilakukan pada pendesainan kedua masjid terakhir yang dibahas karena teknologi telah memungkinkan hal tersebut.

Daftar Pustaka
Ardana, Sotya. Makalah Masjid AtTin. 2008
Kordinator Tim Penulis Tafsir Al-Qur’an Ulama Tiga Serangkai Sumatera Utara. Merapatkan Barisan Untuk Kemenangan:Telaah Atas Surah Ash-Shaf. (artikel)
Serageldin, Ismail. The Space for Freedom.1989. London; Butterworth Architecture
www.blog.re.or.id
www.dzikir.org
www.Bambangsb.blogspot.com
www.Forum.nu.or.id
www.wayofmuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar