PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kita amati di masjid-masjid dan saat shalat Ied bahwa masih
banyak umat muslim yang kurang menyadari perlunya merapatkan saf dalam shalat,
baik karena ketidaktahuan maupun karena tidak mendalami lebih lanjut.
Menurut Al Quran surat Shaf ayat 4,’Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalanNya dalam
barisan yang rapi (teratur) seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh’.
Ayat ini menarik karena jika ditelaah lebih lanjut ternyata barisan yang rapi
tidak hanya diperlukan saat shalat, tetapi juga saat berperang di jalanNya.
Perkembangan teknologi termasuk di dalamnya teknologi bangunan
dewasa ini berkontribusi dalam perkembangan ilmu arsitektur. Sementara itu,
makin banyak masjid-masjid yang dibangun dan membutuhkan perkembangan ilmu
arsitektur dan ilmu teknologi bangunan karena untuk mematuhi kaidah-kaidah
Islam dalam shalat dan kegiatan lainnya yang biasa dilakukan di masjid,
perancang masjid tentu harus mengetahui kaidah-kaidah tersebut dan mencari akal
dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Salah satu kaidah Islam yang harus
dipenuhi dan sering menjadi persoalan adalah kerapatan saf shalat yang telah
dibahas sebelumnya.
Atas dasar di atas lah, penulis tertarik untuk mengetahui kaitan
antara persatuan umat muslim, perkembangan teknologi bangunan dan AR masjid
ditinjau dari rapatnya barisan dalam shalat berjamaah.
1.1 Rumusan Masalah
-
Apakah ada kaitan antara
persatuan umat muslim dengan perkembangan teknologi bangunan dan arsitektur
masjid?
-
Seperti apa kaitannya? Apakah
dengan rapatnya barisan dalam shalat umat muslim dapat bersatu?
1.2 Tujuan
Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
a.
mengetahui kaitan antara berkembangnya
teknologi bangunan dan ilmu arsitektur terhadap hubungan persaudaraan antar
umat muslim
b.
mengetahui manfaat ilmu
teknologi dan arsitektur terhadap persatuan umat
c.
menyadarkan pentingnya
kerapatan saf dalam berjamaah demi persatuan umat
d.
mengasah jiwa para akademisi
untuk terus mengembangkan teknologi dan sains demi tercapainya masyarakat yang
Islami
1.4 Lingkup
Penulisan
Dikarenakan
waktu yang terbatas, penulis hanya membatasi penulisan dari studi kasus
berikut:
a.persatuan
umat muslim secara umum di Indonesia
b.perkembangan
teknologi bentangan struktur atap masjid dengan membandingkan preseden
teknologi struktur atap Masjid Agung Demak mewakili masa awal Islam di Indonesia
, Masjid Said Naum untuk mewakili periode tahun ‘70-an dan Masjid AtTin wakil
dari masjid yang dibangun pada masa ‘90-an
c.perbandingan
arsitektur masjid yaitu banyaknya kolom pada ruang shalat masjid.
d.
urgensi rapatnya barisan (saf) dalam shalat di masjid
1.5
Metodologi Penulisan
Dengan terbatasnya waktu, maka penulisan
hanya bersumber dari studi literatur yang penulis lakukan melalui buku dan
penelusuran internet.
1.6 Kerangka
Pemikiran
Perkembangan Teknologi Bangunan & AR Masjid
|
Umat Islam makin kuat persaudaraan> persatuan
|
Saf shalat rapi,
‘bangunan’ kokoh
|
ISI
2.1
Perkembangan Teknologi Bangunan & Arsitektur Masjid di Indonesia
2.1.1 Masjid Agung Demak
Bentuk
atap yang dipakai adalah tajug tumpang tiga. Bagian paling bawah
menaungi ruangan berdenah segi empat. Atap bagian tengah mengecil dengan
kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Sedangkan atap tertinggi
berbentuk limasan, dengan tambahan hiasan mahkota pada puncaknya. Komposisi ini
mirip meru, bangunan tersuci di pura Hindu. Meru memiliki bentuk atap tajug berlapis.
Sebenarnya, bentuk meru hanya tercermin pada atap masjid. Jika menilik
sistem konstruksinya yang terdiri dari empat saka guru, yang klop dengan bentuk
atap Masjid Demak adalah Bangunan Wantilan di Bali.
Bangunan beratap tajug tumpang dua yang disangga empat saka ini memiliki denah bujur sangkar. Tepinya berundak-undak. Masjid Agung Demak, yang menempati lahan seluas 11.220 meter persegi, kini seolah menjadi ciri kota Demak. (Dikutip dari wayofmuslim.com)
Bangunan beratap tajug tumpang dua yang disangga empat saka ini memiliki denah bujur sangkar. Tepinya berundak-undak. Masjid Agung Demak, yang menempati lahan seluas 11.220 meter persegi, kini seolah menjadi ciri kota Demak. (Dikutip dari wayofmuslim.com)
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan Masjid Agung Demak memiliki
saka guru yaitu berupa 4 tiang utama di
tengah-tengah bangunan sehingga jika dilihat dari segi fungsionalnya maka
jamaaah yang shalat di masjid tersebut harus terpisah jika posisinya
berdampingan dengan satu dari keempat tiang tersebut.
2.1.2 Masjid Said Naum
Penampilan masjid didominasi atap. Pada
bagian atas terlihat balok-balok struktur rangka atap yang menjadi `self bearing structure` dari sistem
struktur atap tradisional sengaja diekspos. (Sumber: masjid2000/N. Luthfi) Biasanya
ada empat saka guru di tengah ruang shalat untuk menyangga atap kedua maupun
ketiganya, namun, di dalam rancangan ini dihilangkan. Konsekuensinya,
diperlukan struktur bentang lebar. Tampaknya pilihan struktur rangka baja telah
dipakai untuk menggantikan struktur kayu yang biasa pada masjid tradisional. Dikembangkannya
kembali konsep sistem atap lama pada struktur rangka atap yang rigid sebagai
self bearing structure untuk menutup ruang dengan bentang lebar. (dikutip dari bambangsb.blogspot.com
dengan pemadatan)
Dapat dilihat pada gambar potongan masjid
di atas, ruangan dalam masjid hanya satu dan bebas dari tiang. Struktur atap
masjid materialnya menggunakan baja.
2.1.3 Masjid AtTin
Penggunaan selasar merupakan implementasi
perwujudan arsitektur beriklim tropis sementara ruang tanpa kolom dirancang
berdasarkan hadits Rasul, seperti pemaparan Bapak Ahmad Noe’man, ‘Hadits Rasul mengatakan bahwa shaff
(barisan) dalam shalat harus lurus, sehingga ruangan shalat adalah ruang yang
lowong (tidak terhalang) dan tidak memiliki kolom(red:tiang). Hadits lain
mengatakan bahwa shaff yang paling depan adalah yang terbaik, sehingga denah
persegi menjadi pilihan dan ditetapkan kemudian sebagai bujur sangkar, dimana
keseimbangan secara ruang dapat tercapai dalam mengatasi shaff tersebut.’.Pada
Masjid At Tin digunakan bentuk dome
yang ringan dengan menggunakan space
frame sebagai strukturnya. Penggunaan
space frame untuk dome ini merupakan terobosan baru pada masjid di Indonesia
yang biasanya memakai struktur beton untuk dome sehingga berkesan berat. Bentuk
dome pada masjid ini ringan, mudah pemasangannya, namun tetap kokoh.(dikutip
dari Makalah Masjid AtTin-Sotya. A.R)
2.2 Urgensi Kerapatan Saf saat Shalat Jamaah
"Shalat
adalah tiang agama, barang siapa yang mengerjakannya berarti ia menegakkan
agama, dan barang siapa meninggalkannya berarti ia meruntuhkan agama"
(HR. Baihaqqi). Hadits di atas meriwayatkan pentingnya shalat bagi umat muslim
dalam beragama, karena itu harusnya kita dapat menjaga shalat kita. Salah satu
sunnah muakad (utama dikerjakan) dalam shalat adalah dengan shalat berjamaah,
terutama untuk shalat lima waktu. Lalu dalam shalat berjamaah itu sendiri,
susunan makmum berdiri juga ada kaidahnya. Dikutip dari Buku Pintar Agama
Islam, Rasulullah SAW bersabda,’Isilah
olehmu jarak yang kosong diantara kamu, karena sesungguhnya setan dapat masuk
di antara kamu sebagai anak kambing.’ (HR Ahmad). Dari hadits tersebut,
dapat diketahui bahwa saf/barisan shalat hendaknya lurus dan rapat, tidak
dibenarkan kosong dan bercelah.
2.3 Hukum Saf
Terputus Tiang
Berbagai macam hadits mengenai saf
terhalang tiang ini, namun dapat disimpulkan. Adapun yg menjadi titik persamaan
dan tidak terjadi perselisihan dikalangan ulama:
1}. Bolehnya sholat sendiri
diantara dua tiang
2}Bolehnya Imam sholat
jamaah berdiri diantara dua tiang mesjid
3}Bolehnya sholat diantara
dua tiang apabila jumlah jamaah sedikit yg tidak melewati apa yang terdapat
diantara dua tiang tersebut
4}. Bolehnya membuat shaf
bagi para makmum diantara dua tiang apabila jumlah jamaah terlalu banyak yg
apabila mereka tidak sholat diantara dua tiang akan menyebabkan mereka sholat
diluar mesjid.
Adapun yg menjadi letak perselisihan adalah
para makmum membuat shaf diantara dua tiang dalam keadaan memungkinkan bagi
mereka menghindarinya dan tidak menyebabkan mereka sholat diluar masjid. (blog.re.or.id)
2.3 Makna dan Urgensi Persaudaraan diantara Umat
Muslim (Telaah As Shaf:4)
‘Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperan di jalan-Nya dalam
barisan yang rapi (teratur) seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.’ (QS Shaf : 4). AlBiqa’i menyatakan bahwa surah ini
bertujuan untuk mendorong orang beriman agar bersungguh-sungguh dan secara
sempurna bersatu (satu hati), berjihad menghadapi musuh-musuh agama Allah.
Untuk melaksanakan jihad dalam “memenangkan” agama Allah, diperlukan satu
barisan yang kokoh. Ini hanya terbentuk jika kita memiliki satu hati, satu visi
dan satu tujuan. Dan satu-satunya afiliasi kita adalah agama Allah. Sebuah
afiliasi yang kuat, satunya kata dan perbuatan.
Amru Khalid menyatakan
pentingnya bagi umat Islam untuk menyatukan barisan membela agama Allah dari
orang-orang yang ingin memadamkan cahayanya. Dan perjuangan ini tidak akan
berhasil, jika afiliasi umat Islam dan semangat jihadnya rendah. Engkau harus
menjadi penolong Allah. Kalau kita benar menjadi “penolong Allah,” tidak
mungkin kita berpecah belah. Jika kita berjuang untuk kebaikan agama Allah,
tidak mungkin kita berbeda dalam menentukan siapa yang terbaik memimpin kita?
Ini penting diingatkan, karena kita sedang berhadapan dengan “musuh Allah”,
yaitu orang-orang yang tidak pernah percaya kepada ajaran Allah dan selalu
berusaha dengan berbagai cara untuk memadamkan cahayanya.” ( dari artikel
Merapatkan Barisan Untuk Kemenangan:Telaah Atas Surah Ash-Shaf)
2.4
Analisis Alur Kaitan antara Perkembangan Teknologi & Arstektur Masjid,
Kerapatan Saf pada Shalat Jamaah dan Persaudaraan Umat Muslim
Jika
dikaji lebih jauh dari pembahasan sebelumnya, perkembangan teknologi bangunan
dan arsitektur juga mempengaruhi arsitektur masjid di Indonesia. Menurut
preseden yang telah ditelaah yaitu masjid dari tiga zaman yang berbeda dapat
disimpulkan bahwa masjid-masjid tersebut semakin kekinian semakin dapat
memenuhi kriteria tempat ibadah yang ideal menurut tata letak ruangnya dalam
hal ini perletakan tiang. Dengan begitu, hukum saf diantara dua tiang dalam
keadaan memungkinkan bagi mereka menghindarinya dan tidak menyebabkan mereka
sholat diluar masjid yang masih dipertentangkan ulama semakin lama semakin
tidak menjadi masalah sebab dewasa ini sudah ditemukan teknologi agar ruang
shalat dapat bebas dari tiang sehingga jamaah tidak terputus. Penyiasatan denah
yang berbentuk persegi juga membantu umat agar dapat berlomba-lomba(lebih muat
banyak) berada di saf terdepan.
Jika
saf jamaah sudah memungkinkan untuk rapat maka salah satu syarat persatuan umat
telah terpenuhi. Seperti dalam hadits dari Abu Qosim Al Jadali berkata: Aku
mendengar Numan Bin Basyir berkata Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya kepada
manusia dan bersabda (yang artinya):’Luruskan=20 shaf-shaf kalian (3 kali)! Demi
Allah benar-benar kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan menjadikan
hati kalian berselisih". Rasulullah SAW bersabda: "Benar-benarlah
kalian meluruskan shaf-shaf kalian atau Allah akan membuat berselisih diantara
wajah-wajah kalian" (Hadits riwayat Bukhari 717, Muslim = 127, Lafadz ini
dari Muslim).(forumnu.or.id).
Maka
semakin dekatlah kita dengan terealisasikannya surat As Saf ayat 4,‘Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang rapi (teratur)
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’ (QS Shaf : 4).
Jika kita telah teratur dalam shalat dengan saf yang rapat maka kita akan
mempunyai peluang lebih besar untuk teratur dalam kehidupan sehari-hari, dalam
jamaah barisan umat muslim. Jika barisan umat sudah rapat maka kita akan
menjadi ‘bangunan yang kokoh’ dan dapat mengalahkan musuh-musuh Islam.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tentu
saja analisis ini baru muncul dari satu aspek sehingga tidak dapat menjadi
patokan dalam proses terbentuknya persatuan umat. Dapat dilihat masyarakat
Islam dahulu walaupun teknologinya masih sederhana dapat mempunyai jiwa
berkorban yang tinggi dengan saudaranya yang lain dan shalatnya pun dapat
rapat. Yang dianalisis dalam penulisan kali ini adalah peluang dan potensi yang
ada dan dapat dimunculkan terkait dengan berkembangnya peradaban manusia. Namun
jika sang manusia tidak ingin meraihnya, misalnya saf tidak rapat karena merasa
orang disebelahnya tidak sederajat, tentu saja persatuan umat akan sulit untuk
diraih. Intinya, Peradaban dapat membuat manusia lebih dekat atau tidak dengan
Rabb-nya(Allah SWT), tergantung dari manusia tu sendiri, karena dengan
berkembangnya teknologi, banyak kaidah-kaidah Islam yang berpotensi dapat
dilaksanakan dengan baik, namun banyak juga teknologi yang dapat menjuruskan
manusia ke lembah kenistaan. Semua tergantung Si Manusia itu sendiri. Berada
dimanakah kita?
3.2 Saran
Jika
sesuatu tidak jelas boleh tidaknya, maka ambillah yang aman. Agaknya itu yang
menjadi patokan jika khawatir akan sesuatu hukum. Supaya tidak terjebak pada
hukum mengenai tiang ini, maka akan lebih baik jika masjid diusahakan untuk
tidak ada tiang pada ruang shalat seperti sudah dilakukan pada pendesainan
kedua masjid terakhir yang dibahas karena teknologi telah memungkinkan hal tersebut.
Daftar
Pustaka
Ardana, Sotya. Makalah
Masjid AtTin. 2008
Kordinator Tim Penulis
Tafsir Al-Qur’an Ulama Tiga Serangkai Sumatera Utara. Merapatkan Barisan Untuk
Kemenangan:Telaah Atas Surah Ash-Shaf. (artikel)
Serageldin, Ismail. The
Space for Freedom.1989. London; Butterworth Architecture
www.blog.re.or.id
www.dzikir.org
www.Bambangsb.blogspot.com
www.Forum.nu.or.id
www.wayofmuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar